BAB I
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah swt.
pemilik ilmu yang luas, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
kita, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini pada waktunya. Sholawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepangkuan Rasulullah saw.
Islam adalah agama yang fitrah
dan sempurna, menerangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan ajaran Islam
secara lengkap, termasuk dalam metode pembelajaran. Karena Metode pembelajaran dan mengajar dalam Islam tidak
terlepas dari sumber pokok ajaran. Al-Qur’an sebagai tuntunan dan pedoman bagi
umat telah memberikan garis-garis besar mengenai pendidikan terutama tentang
metode pembelajaran dan metode mengajar. Di bawah ini dikemukakan ayat
Al-Qur’an yang berkaitan dengan metode pembelajaran dan mengajar dalam
presfektif Al-Qur’an terutama dalam Surat An-Nahl ayat 125.
Pada kesempatan ini pemakalah
akan membahas surah An – Nahl ayat 125, sebagai tugas bersama kelompok III
matakuliah Tafsir dengan judul: “Metode Pendidikan Menurut Al – Qur’an”.
Adapun topik pembahasannya adalah hal-hal yang berkaitan erat dengan tema yang
telah diamanahkan kepada pemakalah, yaitu mengenai metode pembelajaran
(ditinjau dari ilmu pendidikan, sebagai mahasiswa Tarbiyah) yang dipadukan
dengan ayat Al-Qur’an ( ilmu tafsir).
Adapun yang dibahas dan
dipaparkan pemakalah pada kesempatan ini yaitu: membahas makna dan hal yang
berkaitan dengan metode pembelajaran yang ditinjau dari sudut ilmu pendidikan,
kemudian dihubungkan dengan ayat Al – Qur’an Surah An – Nahl ayat 125, sehingga
ditarik makna bahwa pada ayat Al – Qur’an ini terdapat tiga metode
pembelajaran, dan tiga metode inilah yang dibahas pemakalah secara lengakap,
sehingga kita sebagai calon pendidik mengerti, faham dan dapat
membandingkan metode-metode yang dipaparkan dalam Al-Qur’an sebagai tolak ukur
dalam memilih metode. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya
penyusun.
BAB II
METODE PEMBELAJARAN MENURUT AL –
QUR’AN
A.
DEFENISI METODE
Metode
menurut bahasa yaitu cara yang telah teratur dan terpikir untuk mencapai suatu
maksud. Secara
etimologi metode berasal dari “Metha” artinya melalui atau melewati dan “Hodos”
artinya jalan atau cara. Dalam kajian keislaman metode berarti juga “Thoriqoh”,
yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan. Dengan demikian metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya
proses pembelajaran.Metode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana,
sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiah guna mencapai tujuan yang
telah direncanakan.
Metode
pendidikan adalah suatu ilmu pengetahuan tentang metode yang digunakan dalam
pekerjaan mendidik. Asal kata “Metode” mengandung pengertian “Suatu jalan yang
dilalui untuk mencapai suatu tujuan” metode berasal dari dua perkataan
yaitu meta dan hodos, meta berarti melalui dan hodos berarti “Jalan atau cara”
bila ditambah dengan logi yang berasal dari greek (Yunani) logos bearti “akal”
atau ilmu.
Adapun secara terminologi, para ahli pendidikan
mendefinisikan metode sebagai berikut :
1.
Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.
Abd. Al – Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang
praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
B.
SURAH AN-NAHL AYAT 125
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat
membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Dalam tafsir Al-Maroghi dijelaskan bahwa
Nabi Muhammad SAW dianjurkan untuk meniru Nabi Ibrohim yang memiliki sifat-sifat
mulia, yang telah mencapai puncak derajat ketinggian martabat dalam menyampaikan
risalanya . Allah berfirman:
ثُمَّ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah
agama Ibrahim seorang yang hanif.” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan. Seruan disini dengan macam-macam
nasihat dan pengajaran yang telah Allah terangkan dalam Al-Qur’an untuk menjadi
hujjah terhadap mereka, dan debatlah dengan cara yang paling baik.
Pada awalnya ayat ini berkaitan dengan dakwah Rasulullah
SAW. Kalimat yang digunakan adalah fiil amr “ud’u” (asal kata dari
da’a-yad’u-da’watan) yang artinya mengajak, menyeru,
memanggil . Adapun arah ajakan dan
seruan tersebut adalah kepada jalan Tuhan yaitu agama Islam.
ﺍﺪﻉﺍﻠﻰ ﺴﺑﻳﻞ ﺮﺑﻚ : ﺴﺑﻳﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻫﻮ
ﺍﻻﺴﻶﻢ
Adapun
cara yang disebutkan adalah dengan hikmah yaitu dengan
Al-Qur’an. Makna umum
dari ayat ini bahwa nabi diperintahkan untuk mengajak kepada umat manusia
dengan cara-cara yang telah menjadi tuntunan Al-Qur’an yaitu dengan cara
Al-hikmah, Mau’izhoh Hasanah, dan Mujadalah. Dengan cara ini nabi sebagai
rasul telah berhasil mengajak umatnya dengan penuh kesadaran. Ketiga metode ini
telah mengilhami berbagai metode penyebaran Islam maupun dalam konteks
pendidikan. Proses serta metode pembelajaran dan pengajaran yang berorientasi
filsafat lebah (An-Nahl) berarti membangun suatu sistem yang kuat dengan
“jaring-jaring” yang menyebar ke segala penjuru. Analogi ini bisa
menyeluruh ke peserta didik, guru, kepala sekolah, wali murid, komite sekolah
dan instasi lain yang terkait. Sehingga menjadi komponen pendidikan yang utuh,
menjadi satu sistem yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain.
C.
METODE AL-HIKMAH ( pyJõ3Ïtø:$$Î(
Dalam bahasa Arab Al-hikmah artinya ilmu, keadilan,
falsafah, kebijaksanaan, dan uraian yang benar. Al-hikmah berarti mengajak
kepada jalan Allah dengan cara keadilan dan kebijaksanaan, selalu
mempertimbangkan berbagai faktor dalam proses belajar mengajar, baik faktor
subjek, obyek, sarana, media dan lingkungan pengajaran. Pertimbangan pemilihan
metode dengan memperhatikan audiens atau peserta didik diperlukan kearifan agar
tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal.
Imam Al-Qurtubi menafsirkan Al-hikmah dengan “kalimat yang lemah
lembut”. Beliau menulis dalam tafsirnya :
وأمره أن يدعو إلى دين الله وشرعه بتلطف ولين دون مخاشنة وتعنيف, وهكذا
ينبغي أن يوعظ المسلمون إلى يوم القيامة
Nabi diperintahkan untuk mengajak umat manusia kepada
“dinullah” dan syariatnya dengan lemah lembut tidak dengan sikap bermusuhan.
Hal ini berlaku kepada kaum muslimin seterusnya sebagai pedoman untuk berdakwah
dan seluruh aspek penyampaian termasuk di dalamnya proses pembelajaran dan
pengajaran.
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan
lancar manakala ada interaksi yang kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi
yang arif dan bijaksana memberikan kesan mendalam kepada para siswa, Guru
yang bijaksana akan selalu memberikan peluang dan kesempatan kapada siswanya
untuk berkembang.
Al-Hikmah dalam tafsir At-Tobari adalah
menyampaikan sesuatu yang telah diwahyukan kepada nabi. Ath-Thobari menguraikan
:
بالحكمة
وكتابه الذى نزله عليك الله الذى يوحيه اليك 22يقول بوحى
Hal ini hampir senada dengan Mustafa Al-Maroghi bahwa
Al-Hikmah yaitu perkataan yang kuat
disertai dengan dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan kesalah
pahaman. Demikian
pula dalam tafsir Al-Jalalain Al-hikmah diartikan dengan Al-Qura’nul kariem
sebagai sesuatu yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. An-Naisaburimenegaskan
bahwa yang dimaksud Al-hikmah adalah tanda atau metode yang mengandung
argumentasi yang kuat (Qoth’i) sehingga bermanfaat bagi keyakinan.
Pelaksanaan
realisasi memerlukan
seperangkat metode, metode itu memerlukan pedoman untuk bertindak
merealisasikan tujuan pendidikan. Pedoman itu memang diperlukan karena pendidik
tidak dapat bertindak secara alamiah seja agar tindakan pendidikan dapat
dilakukan lebih efektif dan lebih efisien. Disinilah teladan merupakan salah
satu pedoman bertindak. Seorang guru henndaknya tidak hanya mampu
memerintahkan atau memberi teori kepada siswa, tetapi lebih dari itu ia harus
mampu menjadi panutan bagi siswanya, sehingga siswa dapat mengikutinya tanpa
merasakan adanya unsur paksaan.
Nampak
dengan gamblang sebenarnya yang dimaksud dengan penyampaian wahyu dengan hikmah
ini yaitu penyampaian dengan lemah lembut tetapi juga tegas dengan mengunakan
alasan-dalil dan argumentasi yang kuat sehingga dengan proses ini para peserta
didik memiliki keyakinan dan kemantapan dalam menerima materi pelajaran. Materi
pembelajaran bermanfaat dan berharga bagi dirinya, merasa memperoleh ilmu yang
berkesan dan selalu teringat sampai masa yang akan datang. Metode
ini pleksibel bisa digunakan diberbagai kondisi, usia dan jenjang pendidikan.
Tetapi menurut Quraish Shihab metode ini cenderung kepada orang yang memiliki
pengetahuan tinggi (cendikiawan).
D. METODE MAUIZHAH HASANAH ( وَالْمَوْعِظَةالْحَسَنَةِ )
ﺬﻜﺮﻩ ﺍﻠﺯﺠﺎﺝ ﻓﻰ ﺍﻠﻤﻮﻋﻈﺔ ﺍﻠﺤﺴﻨﺔ
ﻗﻮﻻﻦ : - ﻤﻮﺍﻋﻈﺔﺍﻠﻗﺮﺍﻦ - ﺍﻻﺪ ﺐ ﺍﻠﺟﻤﯿﻞ ﺍﻠﺬﻱ ﯿﻌﺮﻓﻮﻧﻪ
Mau’izhah hasanah terdiri dari dua kata “al-Mauizhah dan Hasanah”. Al-mauizhah dalam tinjauan etimologi berarti “wejangan,
pengajaran, pendidikan, sedangkan hasanah berarti baik. Bila dua kata ini
digabungkan bermakna pengajaran yang baik. Mau’izhah adalah uraian yang
menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan. Ibnu Katsir menafsiri
Al-mauizhah hasanah sebagai pemberian peringatan kepada manusia,
mencegah dan menjauhi larangan sehingga dengan proses ini mereka akan mengingat
kepada Allah.
At-Thobari mengartikan mauizhah hasanah dengan “Al-ibr al-jamilah” yaitu perumpamaan
yang indah bersal dari kitab Allah sebagai hujjah, argumentasi dalam proses
penyampaian. Pengajaran yang baik mengandung nilai-nilai kebermanfaatan bagi
kehidupan para siswa. Mauizhah hasanah sebagai prinsip dasar melekat pada
setiap da’i (guru, ustadz, mubaligh) sehingga penyampaian kepada para siswa
lebih berkesan. Siswa tidak merasa digurui walaupun sebenarnya sedang terjadi
penstranferan nilai.
Al-Imam Jalaludin Asy-Syuyuti dan Jalaludin Mahali mengidentikan kata “Al-Mau’izhah” itu dengan kalimat
مواعظه أو القول
الرقيق
artinya
perkataan yang lembut. Pengajaran yang baik berarti disampaikan melalui
perkataan yang lembut diikuti dengan perilaku hasanah sehinga kalimat tersebut
bermakna lemah lembut baik lagi baik. Dengan melalui prinsip mau’idzoh hasanah dapat memberikan pendidikan yang menyentuh,
meresap dalam kalbu. Metode ini juga pleksibel bisa
digunakan diberbagai kondisi, usia dan jenjang pendidikan. Menurut Quraish
Shihab metode ini cocok kepada orang awam, sesuai dengan taraf pengetahuan
mereka.
E. METODE MUJADALAH ( جَادِلْهُمْ )
ﻮﺠﺎﺪﻠﻬﻢﺑﺎﺍﻠﻂﺭﯾﻘﺔ ﺍﻠﺗﻰ ﻫﻰ ﺃﺤﺴﻦ
ﺍﻠﻂﺭﯾﻖ
Kata mujadalah berasal dari kata “jadala” yang makna awalnya percekcokan dan perdebatan.
Kalimat “jadala” ini banyak terdapat dalam Al-Qur’an. Bahkan ada surat yang bernama “Al-Mujaadilah” (
perempuan-perempuan yang mengadakan gugatan). Mujadalah dalam konteks dakwah dan pendidikan diartikan
dengan dialog atau diskusi sebagai kata berbantah-bantahan. Mujadalah berarti
menggunakan metode diskusi ilmiyah yang baik dengan cara lemah lembut serta
diiringi dengan wajah penuh persahabatan sedangkan hasilnya diserahkan kepada
Allah SWT.
Metode penyampaian ini dicontohkan oleh Nabi Musa dan
Nabi Harun ketika berdialog-diskusi dan berbantahan dengan Fir’aun. Sedangkan
hasil akhirnya dikembalikan kepada Allah SWT. Sebab hanya Allahlah yang
mengetahui orang tersebut mendapat petunjuk atau tidak. Metode diskusi
yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk membicarakan, menganalisa guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan masalah. Dalam kajian
metode mengajar disebut metode “hiwar” (dialog). Diskusi memberikan peluang
sebesar-besarnya kepada para siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang
dimilikinya kemudian dipadukan dengan pendapat siswa lain. Satu sisi
mendewasakan pemikiran, menghormati pendapat orang lain, sadar bahwa ada
pandapat di luar pendapatnya dan disisi lain siswa merasa dihargai sebagai
individu yang memiliki potensi, kemampuan dan bakat bawaannya.
Metode
mujadalah lebih menekankan kepada pemberian dalil, argumentasi dan alasan yang
kuat. Para siswa berusaha untuk menggali potensi yang dimilikinya untuk mencari
alasan-alasan yang mendasar dan ilmiyah dalam setiap argumen diskusinya. Para
guru hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator atau sebagai
instruktur. Sistem ini lebih cenderung ke “Student Centre” yang menekankan
aspek penghargaan terhadap perbedaan individu para peserta didik (individual
differencies) bukan “Teacher Centre”. Metode ini biasanya
digunakan dalam diskusi-diskusi ilmiah untuk mencari kebenaran dari beberapa
pendapat yang berbeda, seperti dalam dunia perkuliahan. Menurut Quraish Shihab
metode ini digunakan kepada Ahl – Kitab dan penganut agama-agama lain.
BAB
III
PENUTUP
Pendidikan merupakan salah satu sendi dalam beragama.
Ajaran Islam bisa bertahan sampai saat ini salah satunya karena ada proses
pendidikan di samping dakwah tentunya. Para da’i yang menyebar ke seluruh
penjuru dunia tersebut menggunakan Al-Qur’an sebagai pedoman baik dari segi
orientasi, tujuan, cara atau metode penyampaian, media dan alat bahkan materi
yang terkandung dalam penyampaiannya pun diambil dari Al-Quran. Al-Quran
sebagai sumber segala sumber pedoman menjadikannya inspirator yang sangat
kental dalam setiap gerak pemikiran umat Islam. Dalam berbagai bidang
masyarakat muslim yang relegius akan selalu merujuk kepada wahyu sebagai firman
Tuhan yang disampaikan melaluinya nabi-Nya.
Metode pembelajaran dan mengajar dalam Islam tidak
terlepas dari sumber pokok ajaran. Al-Qur’an sebagai tuntunan dan pedoman bagi
umat telah memberikan garis-garis besar mengenai pendidikan terutama tentang
metode pembelajaran dan metode mengajar.Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan metode pembelajaran
dan mengajar dalam presfektif Al-Qur’an antara lain dalam Surat An-Nahl ayat 125.
Syekh
Muhammad Abduh, lebih transparan dalam tafsirnya
bahwa metode Al-Quran surah Al-Nahal 125, yaitu ada 3 golongan:
1)
Terhadap cendikiawan, hendaknya
yang disampaikan, dengan cara pemahaman kritis, rasional dan argumentasi yang
kuat.
2)
Terhadap yang awam, dengan nasehat
yang baik dengan ajaran yang mudah dipahami serta mempunyai solusi.
3)
Terhadap mereka yang bukan dari
keduanya, terutama kepada yang non muslim, hendaknya dengan cara yang lebih baik,
sehat dan empati.
Jadi metode-metode pembelajaran ini dapat kita aplikasikan dalam
kehidupan kita sehari-hari, dan terutama bagi kita calon pendidik, dapat
memilih metode yang paling tepat, melihat siapa dan bagaimana kadar keilmuan
peserta didik (objek) yang kita hadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Metodik Pengajaran (Bandung : Pustaka Setia, 1985).
Arief, Armai, Pengantar
Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam : (Jakarta: Ciputat Pers 2002).
Tafsir, Ahmad, Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam. (Bandung: PT Remaja Posdakarya. 1994).
www. Mursal aziz . blogspot.com
(diakses tanggal 24 Maret 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar